Entri Populer

Senin, 04 Juli 2011

KPA: Irwandi Sedang Ciptakan Konflik Baru di Aceh

Banda Aceh | Harian Aceh – Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat menyayangkan pernyataan Irwadi Yusuf yang menyebutkan pimpinan GAM mengorbankan sejumlah tokoh Aceh, seperti Muhammad Jafar Sidiq, Tengku Nazarudin Daud, Ismail Syahputra, Profesor Safwan Idris, Profesor Dayan Dawood, dan Teuku Johan. Menurut pihak KPA, Irwandi Yusuf sedang menciptakan konflik baru di Aceh.
Wakil Ketua KPA Pusat Kamaruddin Abubakar atau Abu Razak mengatakan pihaknya sangat menyesali pernyataan Irwandi tersebut. ”Ini sebagai upaya menciptakan konflik baru di tengah rasa damai yang sedang dinikmati oleh rakyat hasil dari kesepakatan bersama melalui MoU Helsinki yang ditandatangani oleh pimpinan GAM Malik Mahmud dan Wakil Pemerintah RI Hamid Awaludin,” kata Abu Razak dalam siaran pers yang diterima Harian Aceh, Minggu (3/7).
Pernyataan Irwandi, lanjut dia, merupakan pernyataan yang keliru dan sangat menyesatkan serta dapat membangkitkan kembali konflik baru di Aceh. “Pernyataan yang tidak bertanggung jawab itu sangat meresahkan rakyat Aceh. Ini adalah sebuah niat jahat dan keji untuk mengganggu kestabilan politik di Aceh. Di samping itu, tujuan dari manuver ini adalah untuk memenuhi nafsu politik pribadinya agar tetap berkuasa di masa mendatang,” katanya.
Abu Razak juga membeberkan kapasitas Irwandi semasa di GAM. Menurut dia, Irwandi masih tergolong baru bergabung dengan GAM yakni pada 2011. “Dia juga hanya bertugas sebagai salah satu juru terjemah dan juru ketik Teungku Ilyas Abed semasa CoHA (Cessation of Hostilities atau Jeda Kemanusiaan),” katanya. Pernyataan Irwandi juga menunjukkan kedangkalan pemahamannya akan struktur perjuangan dan pembagian kerja dalam GAM.
Abu Razak menegaskan, pimpinan politik GAM pada masa konflik tidak pernah memerintahkan untuk mengorbankan rakyat Aceh, apalagi rakyat Aceh yang mempunyai daya intelektual yang tinggi seperti Muhammad Jafar Sidiq,Tengku Muhammad Nasruddin Daud, Ismail Saputra, Profesor Safwan Idris, Profesor Dayan Dawood, dan Teuku Johan (mantan Pangdam). “Apalagi tokoh-tokoh tersebut adalah sosok yang mempunyai kesetiaan tinggi untuk perdamaian dan kemajuan Aceh,” katanya.
Karenanya, pimpinan KPA meminta seluruh rakyat Aceh untuk tetap menjaga perdamaian dan kestabilan politik di Aceh yang sedang dikacau- balaukan oleh Irwandi Yusuf dan tidak terpengaruh manuver-manuver politik jahatnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Irwandi Yusuf dalam rapat kerja Partai Rakyat Aceh (PRA), Kamis (30/6), menyatakan pimpinan GAM pada masa konflik pernah memerintahkan untuk menghilangkan sejumlah tokoh Aceh, seperti Muhammad Jafar Sidiq, Teungku Muhammad Nazarudin Daud, Ismail Syahputra, Profesor Safwan Idris, Profesor Dayan Dawood, dan Teuku Johan (mantan Pangdam dan Wakil Gubernur Aceh).
Irwandi juga tak mengakui pimpinan GAM selain Hasan Tiro. “Kami punya perdana menteri, yang kerjanya hanya tidur. Kami punya menteri luar negeri yang alamat kedutaan besar negara sahabat saja tak tahu. Maka tak salah jika saya mengatakan hanya ada satu pemimpin GAM di Aceh, yaitu Teungku Hasan Muhammad Di Tiro,” katanya.(dad)
Follow Twitter @harianaceh

Irwandi Tak Akui Pimpinan GAM Selain Hasan Tiro

Banda Aceh | Harian Aceh – Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyatakan dirinya hanya mengakui Tengku Hasan Muhammad Di Tiro sebagai satu-satunya pemimpin GAM. Selebihnya, menurut Irwandi, hanya pimpinan yang kerjanya tidur-tiduran di luar negeri.
“Sebagai orang dalam yang berperan dalam konflik, saya tahu persis siapa pemimpin saya. Tengku Muhammad Hasan Di Tiro adalah pemimpin GAM dan rakyat Aceh, saya akui itu. Sedangkan yang lain, tidak,” kata Irwandi saat berbicara dalam Raker Partai Rakyat Aceh (PRA) di Hotel Hermes Palace, Kamis (30/6).
Irwandi juga sempat berkisah. Menurut dia, semasa berperang di Aceh melawan penindasan pemerintah pusat, semua kebutuhan disiapkan GAM secara mandiri. “Kami bertempur di sini, kami juga membeli senjata, amunisi, dan kami juga yang menjadi korbanya,” kata Irwandi.
Tak hanya itu, menurut Irwandi, GAM di Aceh juga yang membiayai orang-orang yang mengatakan sebagai pemimpin untuk melakukan diplomasi internasional, tapi sayangnya kerjanya hanya tidur. “Kami punya perdana menteri, yang kerjanya hanya tidur. Kami punya menteri luar negeri yang alamat kedutaan besar negara sahabat saja tak tahu. Maka tak salah jika saya mengatakan hanya ada satu pemimpin GAM di Aceh, yaitu Tengku Hasan Muhammad Di Tiro,” katanya.
Di Aceh, kata Irwandi, tugas yang diberikan pada anggota GAM dilaksanakan 120 persen. “Tapi apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku pemimpin-pemimpin GAM di luar negeri, tak mencapai 50 persen,” bebernya. “Itulah sebabnya, menjadi sia-sia banyak tokoh masyarakat Aceh yang diperintahkan untuk ‘dihilangkan’ di massa konflik, jika pada akhirnya seperti ini.”
Dia mencontohkan, Muhammad Jafar Sidiq adalah korban yang dihilangkan secara sia-sia. Kemudian,Tengku Muhammad Nazrudin Daud, Ismail Saputra. “Ini pun dilenyapkan,” katanya. Lalu ada nama Profesor Safwan Idris, Profesor Dayan Dawood, Teuku Johan (mantan Pangdam). “Ini juga dikorbankan karena perintah pimpinan,” kata Irwandi.
Kecuali itu, soal tapol-napol yang masih ditahan di Jakarta, seperti Ismuhadi, Ibrahim, dan Irwan. “Mereka menjalankan tugas karena diperintah atasan. Tapi sekarang atasan mangkir dan tak mau memperjuangkan mereka,” katanya.
Menurut Irwandi, saat dirinya masih di AMM pada 2005-2006 dulu, selalu menempatkan tiga nama tadi diurutkan teratas untuk diberi amnesti. “Tapi kemudian, pimpinan GAM, yakni Malik Mahmud, Zaini Abdullah dan Zakaria Saman, nama-nama itu dihapus, karena dianggap teroris,” jelasnya.
Kira-kira beberapa bulan lalu, lanjut dia, ada pula pertemuan antara pimpinan GAM dan jajaran Menkopolkam. Di situ, para pimpinan kembali berupaya membebaskan para tapol-napol. “Tapi, oleh unsur Menkopolkam mengingatkan bahwa para tapol-napol itu telah masuk dalam daftar terorisme, dan para pimpinan GAM menjawab benar,” kata Irwandi.
Itulah sebabnya, semakin tipis peluang membabaskan para tapol-napol itu. “Tapi, saya sebagai Gubernur Aceh akan tetap berusaha meminta pada pemerintah pusat untuk berbaik hati membebaskan tokoh-tokoh ini, bisa dengan cara memberi amnesti atau grasi,” katanya.
Di beberapa kesempatan, lanjut dia, pada jajaran Menkopolkam dirinya mengaku sudah menyampaikan bahwa ketiga orang itu adalah GAM. “Jajaran Menkopolkam menjawab, bahwa pimpinan GAM sudah mengatakan mereka itu teroris,” katanya.
Haramkan Raqan Pemilukda
Sementara itu, usai pidato, menanggapi pertanyaan wartawan, Irwandi tegas mengatakan dirinya mengharamkan raqan Pemilukada Aceh 2011 hasil paripurna DPRA Selasa lalu, singgah di mejanya. “Kalau sudah sepakat, tapi saya tak teken karena ada halangan, maka itu berlaku secara otomatis setelah 30 hari. Tapi, inikan masih belum ada kesepakatan. Artinya itu masih rancangan qanun. Jadi haram kalau dibawa ke meja saya,” katanya.
Irwandi juga menyerukan bagi semua masyarakat yang berminat menjadi pimpinan daerah melalui jalur independen, bisa tetap mendaftar. “Putusan Mahkamah Konstitusi berlaku seluruhnya di Indonesia, tak ada peraturan daerah yang mampu menganulir putusan MK,” katanya.(dad)


Follow Twitter @harianaceh

Pernyataan Gubernur Petunjuk Baru Pengungkapan Kematian Safwan Idris’

Lhokseumawe | Harian Aceh – Pos Bantuan Hukum dan Pengaduan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (PB-HAM) Aceh Utara menilai pernyataan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf bahwa banyak tokoh Aceh yang diperintahkan untuk ‘dihilangkan’  di massa konflik, bisa menjadi petunjuk baru bagi aparat penegak hukum untuk mengungkap kasus pembunuhan Rektor IAIN Ar-Raniry Prof Dr Safwan Idris.
“Pernyataan Irwandi Yusuf itu harus dilihat sebagai petunjuk baru bagi proses hukum dalam rangka pengungkapan kasus pembunuhan Safwan Idris. Kami yakin bahwa pernyataan Irwandi bukan sekadar ‘isapan jempol’ yang tanpa dasar,” kata Direktur Eksekutif PB-HAM Aceh Utara Zulfikar Muhammad melalui siaran persnya kepada Harian Aceh, Minggu (3/7).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, saat berbicara dalam Raker Partai Rakyat Aceh (PRA) di Hotel Hermes Palace, Kamis (30/6), Irwandi Yusuf menyebutkan, tugas yang diberikan pada anggota GAM dilaksanakan 120 persen. “Tapi apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku pemimpin-pemimpin GAM di luar negeri, tak mencapai 50 persen,” bebernya. “Itulah sebabnya, menjadi sia-sia banyak tokoh masyarakat Aceh yang diperintahkan untuk ‘dihilangkan’  di massa konflik, jika pada akhirnya seperti ini.”
Dia mencontohkan, Muhammad Jafar Sidiq adalah korban yang dihilangkan secara sia-sia. Kemudian, Tengku Muhammad Nazrudin Daud, Ismail Saputra. “Ini pun dilenyapkan,” katanya. Lalu ada nama Profesor Safwan Idris, Profesor Dayan Dawood, Teuku Johan (mantan Pangdam). “Ini juga dikorbankan karena perintah pimpinan,” kata Irwandi.
Zulfikar Muhammad menyatakan pihaknya terus melakukan monitoring khususnya terhadap pengungkapan kasus pembunuhan Safwan Idris sejak tahun 2000. “Maka pernyataan Irwandi Yusuf yang notabene adalah kalangan internal aktif Gerakan Aceh Merdeka, sangat penting menjadi petunjuk baru bagi polisi untuk menemukan ‘singa’  yang telah ‘memangsa’ nyawa Safwan Idris,” katanya.
Proses Pengungkapan
Menurut Zulfikar Muhammad, upaya pengungkapan kasus pembunuhan Safwan Idris telah dilakukan polisi sejak tahun 2000 mulai dari olah TKP sampai uji balistik terhadap proyektil yang menembus tubuh Rektor IAIN Ar-Raniry itu. Kepada media massa pada saat itu, kata Zulfikar, Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs Dody Sumantyawan usai melantik tiga Kadit baru di lingkungan Polda Aceh tanggal 28 September 2000, mengatakan, dari uji balistik yang dilakukan pusat laboratorium Mabes Polri, diketahui jenis senjata yang digunakan menembak Prof Safwan adalah pistol kaliber 380 buatan Amerika.
Kutipan pernyataan Kapolda Dody Sumantyawan pada saat itu, kata Zulfikar, antara lain, “Itu bukan senjata standard TNI dan Polri. Sedangkan visum korban juga sudah ada”. Menurut Kapolda Dody lagi, kata Zulfikar, senjata pistol kaliber 380 buatan Amerika tersebut, setelah diteliti tidak pernah terdaftar di Polda Aceh maupun pada Perbakin. Di samping itu, kata Zulfikar, Polda Aceh mengeluarkan sketsa wajah pembunuh Safwan Idris berdasarkan keterangan para saksi mata termasuk keterangan istri korban.
Menurut catatan Zulfikar, usaha menemukan pembunuh Safwan Idris tidak hanya dilakukan oleh polisi saja pada saat itu, tapi GAM juga melakukan hal yang sama. Panglima GAM wilayah Aceh Besar Ayah Muni kepada media berbahasa Inggris pada saat itu, kata Zulfikar, menyatakan telah memerintahkan seluruh intelijen GAM untuk mencari pembunuh Safwan Idris. Sampai Ayah Muni meninggal, kata Zulfikar, tidak ada informasi sudah sejauh mana perkembangan upaya yang dilakukan GAM. Ketika itu, lanjut Zulfikar, pernyataan belasungkawa dan rasa kehilangan yang sangat dalam hanya disampaikan oleh dua Panglima Wilayah GAM, yaitu Ayah Muni (Panglima Aceh Rayek) dan Darwis Jeunib (Panglima Prang Wilayah Batee Iliek), yang waktu itu baru saja diangkat sebagai panglima wilayah.
Selain itu, kata Zulfikar lagi, gelombang demonstrasi ulama, cendekiawan serta mahasiswa yang meminta polisi segera menemukan pembunuh Safwan Idris terus bergulir, sampai lahirnya Ikrar Darussalam pada tanggal 12 Oktober 2000, dengan deklaratornya antara lain Ketua MUI Aceh Dr Tgk H Muslim Ibrahim MA, Tgk Imam Syuja’, Drs Tgk Djailani Idris (abang kandung Safwan Idris), Dr Daniel Djuned MA, H Badruzzaman Ismail, kalangan aktivis, dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.
Berita tentang ‘dugaan’ kelompok pelaku pembunuhan Safwan Idris, lanjut Zulfikar, kembali tersiar pada tahun 2003, tepatnya Minggu tanggal 22 Juni 2003 dalam acara ikrar kesetiaan NKRI di Abdya dengan Inspektur Upacara Pj Bupati Abdya Baharuddin, yang diikuti 23 ribu peserta upacara.
“Kini, pada Juni 2011, Irwandi Yusuf yang merupakan Gubernur Aceh kembali membuka tabir tragedi pembunuhan Safwan Idris. Dengan demikian lengkap sudah bagi PB-HAM dalam mengumpulkan berbagai pernyataan terkait dugaan konspirasi pembunuhan Safwan Idris. Kelompok-kelompok yang bertikai di Aceh pada saat itu semua sudah angkat bicara, jadi tidak ada alasan bagi pihak kepolisian untuk tidak memerintahkan seluruh jajarannya segera mengejar pelaku pembunuh Rektor IAIN Ar-Raniry,” kata Zulfikar.
Desak Polisi
PB-HAM Aceh Utara meminta Kapolda Aceh segera memanggil Irwandi Yusuf untuk dimintai keterangan terkait pernyataannya di muka publik tentang pelaku pembunuhan Safwan Idris. Ini penting, kata Zulfikar, agar tidak terjadi fitnah dan saling tuduh. PB-HAM juga minta Kapolda memanggil pimpinan GAM pada tahun 2000 yang hingga saat ini masih hidup. Hal ini, kata Zulfikar, guna mengkonfrontir argumen dan keterangan terkait kasus pembunuhan Safwan Idris sebagaimana pernyataan Irwandi Yusuf.
“Kapolda Aceh kami harapkan juga segera memanggil Baharuddin (Pj Bupati Abdy tahun 2003) untuk dimintai keterangan terkait penyataannya pada tahun 2003 tentang ‘dugaan’ kelompok pembunuhan Safwan Idris. Dan, Kapolda perlu memanggil perwakilan mantan kombatan GAM Aceh Rayek untuk dimintai keterangan terkait hasil dari upaya intelijen GAM sebagaimana yang diperintahkan (alm) Ayah Muni tentang pembunuhan Safwan Idris,” kata Zulfikar.
Sedangkan kepada Komnas HAM, lanjut Zulfikar, PB-HAM Aceh Utara minta segera membentuk Tim Investigasi khusus untuk melakukan penelusuran tentang pelaku penghilangan paksa tokoh-tokoh Aceh sebagaimana pernyataan Irwandi Yusuf. “Dan, memasukkan Irwandi Yusuf serta Baharuddin dalam daftar perlindungan saksi bersama 11 saksi lainnya yang telah diperiksa Polda Aceh pada tahun 2000,” kata Zulfikar.
Di sisi lain, Zulfikar mendesak seluruh deklarator Ikrar Darussalam untuk menyurati Presiden RI dan seluruh pihak terkait untuk kembali melakukan kerja-kerja pengungkapan kebenaran terhadap kasus pembunuhan Safwan Idris. Meminta Kolisi NGO HAM Aceh sebagai pemilik data terbaik untuk kasus-kasus penghilangan tokoh Aceh, kata dia, untuk serius mendampingi terkait pernyataan Irwandi Yusuf. “Kami juga menghimbau masyarakat Aceh tetap tenang dan membiarkan proses hukum berjalan dengan baik demi terungkapnya fakta tragedi pembunuhan Safwan Idris,” katanya.
Kronologis Pembunuhan
Menurut catatan Zulfikar, penembakan yang menewaskan Safwan Idris terjadi pada Sabtu tanggal 16 September 2000, sekitar pukul 06.00 WIB di kediamannya, Jalan Al-Kindi atau persisnya di samping Pustaka IAIN Ar-Raniry. Rektor IAIN Ar-Raniry itu, kata Zulfikar, ditembak oleh orang tidak dikenal, dan korban menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Zainal Abidin. “Meninggalnya Prof Dr Safwan Idris bertepatan dengan tanggal lahir cucu pertamanya dari putrinya Kausari,”  demikian Zulfikar.(nsy)
Follow Twitter @harianaceh

Pasien JKA Berobat Keluar Aceh Gratis Tiket Pesawat

Firman Hidayat | The Globe Journal | Kamis, 30 Juni 2011
Banda Aceh — Setiap pasien yang sudah terdaftar dalam Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) diberikan biaya gratis mulai dari obat, penginapan, sampai tiket pesawat. Demikian dikatakan Kepala Seksi Operasional JKA, PT. Askes Banda Aceh, dr. Mohammad Fakhrizal kepada The Globe Journal, Kamis (30/6). 
Menurutnya JKA di Aceh sudah terlaksana satu tahun dari Juni 2010 hingga Juni 2011 ini.

Mohammad Fakhrizal menjelaskan terkait dana yang dialokasikan untuk program JKA ini selama satu tahun berjumlah lebih dari Rp 400 miliar yang bersumber dari APBA. Sehingga wacana di tahun kedepannya dana program JKA ini akan bersumber dari subsidi APBA, subsidi APBK dan sumbangan investasi perorangan. “Ini masih wacana jika JKA dilanjutkan lagi,” kata Fakhrizal.

Untuk jumlah pasien JKA, PT. Askes Banda Aceh tidak bisa menyebutkan angka secara rinci. Menurut Fakhrizal perkiraannya sudah mencapai puluhan ribu pasien JKA yang melakukan klaim untuk berobat. Bahkan Fakhrizal juga tidak ingat jenis penyakit apa yang paling tinggi bagi pasien JKA ini. Namun seingatnya diabetas dan hipertensi masuk dalam 10 besar penyakit tertinggi.

Dicontohkannya, pasien penyakit jantung yang mendapat rujukan dari RSUZA Banda Aceh ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita di Jakarta itu berjumlah 40 sampai 50 orang dari Juni — Desember 2010. Sedangkan data untuk tahun 2011 ini belum dapat dihimpun karena datanya masih di RSUZA. Kemudian pasien jantung yang dirujuk di RSCM Jakarta itu mencapai 40 orang. Tapi kalau rujukan RSCM ini bisa mencapai 150 orang selama enam bulan tahun 2010.

Pasien yang dirujuk keluar Aceh ini semua mendapat tanggungan JKA. Semua gratis, mulai dari penginapan, obat, akomodasi di rumah sakit sampai tiket pesawat pulang pergi dan ditambah untuk satu orang pendamping pasien.  Ditanya jumlah pasien yang dirujuk keluar negeri, Fakhrizal mengatakan untuk saat ini belum pernah ada pasien yang dirujuk ke rumah sakit di luar negeri.

Dijelaskan oleh putra asal Sumatera Utara ini,  pasien yang mendapat rujukan keluar Aceh ini disebabkan karena kurangnya SDM tenaga dokter dan peralatan dari 25 unit rumah sakit di Aceh yang menangani JKA ini.

“Rumah Sakit di Aceh ini masih berkelas type B sedangkan di Medan dan Jakarta itu sudah kelas type A,” kata Fakhrizal.  Pasien rujukan keluar Aceh ini juga diberikan karena ketidakmampuan SDM yang ada di 317 unit puskesmas di Aceh yang juga menangani JKA.

The Happy Cricket and The Giant Bugs Film Pengisi Libur Sekolah

Jakarta, CyberNews. Bingung mencari acara selama musim libur sekolah? Mungkin film animasi buatan Brazil ini bisa menjadi salah satu alternatif. Film berjudul The Happy Cricket and The Giant Bugs yang dalam bahasa Portugis berjudul "Insetos Gigante" ini bercerita mengenai petualangan seekor jangkrik bernama Happy Cricket.
Happy Cricket adalah seekor jangkrik yang selalu hidup bahagia, riang bersama teman-temannya di hutan. Ia ingin meluncurkan CD (Compact Disk) dengan musik yang diciptakannya sendiri sambil membuka sekolah musik untuk anak-anak miskin.
Sementara itu T Big, seorang pemimpin katak dari kelompok musik rap, juga ingin meluncurkan CD dan memperbaiki hidupnya. T Big ingin hidupnya sebahagia Happy Cricket. Mereka pun kemudian berlomba mengatur strategi agar musik mereka dapat diterima masyakarat serangga.
Di tengah persaingan sengit antara Happy Cricket dan T Big, muncullah Petal, seorang penyanyi yang cantik dan mempunyai suara yang indah. Petal menjadi saingan berat, baik bagi Happy Cricket maupun T Big. Persaingan dan perselisihan musik di antara mereka makin ramai saja, semua demi satu tujuan untuk menjual dan mempublikasikan rekaman dari lagu-lagu mereka.
Film berbahasa Portugis yang disutradari Rafael Ribas dan Walbercy Ribas ini akan membawa penonton ke dalam dunia fantasi yang menghibur. Nikmati keindahan dan petualangan lengkap dengan musik dan lagu ceria dan penuh dengan karakter yang sangat menggemaskan. The Happy Cricket and The Giant Bugs adalah kisah yang luar biasa yang dapat hidup selamanya dalam ingatan anak-anak. Selain ringan dan menghibur, film ini juga sarat dengan nilai-nilai persahabatan, kebebasan dan sebagai contoh kuat untuk pembelajaran tentang alam dan lingkungan hidup untuk anak-anak.
Selain bertindak selaku sutradara, Rafael Ribas bersama Sergio Spina juga menjadi animator untuk film yang bakal diputar di Blitzmegaplex mulai 8 Juni 2011 ini. Ruria Drupat mengisi film dengan lagu-lagu dan musik yang sangat menggugah, aransemennya sangat menarik dan mudah diingat. Happy Cricket and The Giant Bugs merupakan film animasi 3D dari Brasil. Pada 2002, mendapatkan penghargaan full-lenght feature film di Winsconsin, Amerika dalam sebuah festival film dengan penilaiannya dari anak-anak.
Film ini sengaja diluncurkan bertepatan dengan libur sekolah. ''Film ini untuk menambah pengetahuan anak-anak tentang persahabatan,'' kata Oky Zayyid dari Kezia Pratama Film, sang distributor.
''Film ini dipilih selain karena memang sangat menghibur dan memiliki nilai-nilai edukasi yang sangat tinggi, juga karena sekarang ini kita tengah kekurangan film block buster Hollywood akibat regulasi pajak,'' tutur Oky.
(Benny Benke/CN15)

Cara Melatih Burung Berkicau Menang di Berbagai Lomba

Berawal dari gemar mengoleksi burung berkicau sejak tahun 2000. Mulai tiga ekor, kini mencapai ratusan. Siapa sangka Agus Budiman, bisa terkenal gara-gara burung. Ya, bukan burung biasa. Koleksi burung kicaunya sudah melanglang buana di event regional hingga nasional.

DI
kalangan pencinta burung berkicau, nama Agus Gepuk cukup tenar. “Gelaran” gepuk melekat di nama Agus Budiman lantaran dia memang memiliki usaha warung makan ayam gepuk di bilangan Jalan M Yamin. Dari sekian koleksi burung Agus, ada seekor yang andalan.
Agus memberi nama Sultan. Burung kenari ini bahkan telah memenangkan berbagai event burung berkicau tingkat nasional. Di antaranya, pernah meraih juara 4 piala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 2010 lalu. “Walau sudah beberapa kali memenangkan event nasional, tapi saat berhasil meraih juara 4 SBY Cup menjadi kebanggaan tersendiri. Hal ini karena peserta mencapai ribuan,” ujar Agus.
Event nasional lainnya yang pernah direbut Sultan, seperti Wali Kota Tarakan Cup, juara 1 dan 2 Teratai Cup di Tenggarong, meraih 2 juara umum di Tani Jaya Cup Balikpapan, dan juara 2 di Penas Cup Kenari di Tenggarong baru-baru ini. “Saat Penas, Sultan sedang sial. Suaranya tidak maksimal. Tapi, saya cukup puas dengan hasil yang ditoreh,” katanya.
Atas prestasi burung kenari kesayangannya, saat ini Sultan dihargai Rp 25 juta, 10 kali lipat dari harga semula. “Saya dulu beli burung kenari itu seharga Rp 2,5 juta. Saya beli karena burung itu juara pada lomba kicau di Surabaya. Sekarang burung itu telah ditawar Rp 25 juta, tapi saya belum melepasnya. Harga melambung tinggi karena sering memenangkan lomba kicau burung tingakat nasional maupun di tingkat Kaltim,” tuturnya.
Apa sebenarnya keunggulan dari Sultan? “Selain pada bulunya, siulan panjangnya yang menjadi ciri khas. Sultan bisa dikatakan terbaik untuk Kaltim,” ucap Agus bangga.
Selain kenari, burung andalan lainnya adalah lovebird yang dibeli Rp 2 juta dari teman satu klub. “Saya terus latih kicaunya, stamina dan napasnya, caranya adalah dilepas ke sangkar besar. Keleluasaan burung bergerak di sangkar besar membuat kondisi burung lebih nyaman untuk berkicau,” jelasnya
Dalam perawatan keseharian, semua burung wajib mandi dua kali sehari, pagi jam 8 sampai jam 11 di kandang khusus tempat mandi burung. Biaya pakan burung dan ongkos perwatannya Rp 100 ribu per hari. Makanannya adalah pakan burung pabrik, jangkrik, dan untuk vitaminnya diberi telur puyuh rebus. “Tetapi tidak semua jenis burung menyukai telur puyuh rebus.
Menurut Agus, saat yang paling tepat untuk melatih suara burung adalah pada saat bulunya rontok, atau ganti bulu. Saat itu burung hanya berdiam saja dan tidak berkicau, sepeti orang sakit. Kalau sudah seperti itu, sangkarnya harus ditutup kain, dan didekatkan dengan burung jenis lain yang sehat dan berkicau.
Dari situ burung yang sakit ini akan belajar mendengar dan menyimpan suara burung jenis lain. Nantinya apabila ia sudah sehat kembali, emosi burung tersebut akan meledak, dan dapat meniru suara isian dari jenis burung lain yang telah direkam.
 “Menyenangkan rasanya mempelajari karakter burung jenis satu dan lainnya," akunya. (*/ocr/*/afk/ibr)